Kepemimpinan
Disusun Oleh
KELOMPOK ANGGREK
1) Ahmad Dedy S. (10513404)
2) Aprillia Lentera W.
(19513928)
3) Gipthasari A. P (13513745)
4) Reynaldo Cesar (17513484)
5) Siti Aufaa Ni’matin
(18513527)
6) Vanya Anugerahayu Injaya (17512549)
Kelas : 3PA02
Universitas Gunadarma
2015
Leadership
I.
Defenisi
Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnyakecakapan/ kelebihan di
satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lainuntuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa
tujuan.
Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan
khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu
mempengaruhi oranglain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono,1994:181).
Pemimpin adalah pribadi
yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memilikikewibawaan dan
kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama gunamencapai
sasaran tertentu (Kartono, 2005)
Teori Kepemimpinan
Partisipatif:
A. Teori dan Y dari Douglas
McGregor
Teori
prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat
membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y
dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana
para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan
terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
1. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia
adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari
pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi
yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta
jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi,
diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan.
2. Teori Y
Teori ini
memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan
sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara
ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja
sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,
kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan
kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki
dalam bekerja.
Penelitian
teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi
kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.
B. Teori empat sistem rensis
likert salah satu yang dikemukakan oleh rensis adalah 4 sistem yaitu:
·
Sistem 1, otoritatif dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan
yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk
melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan
oleh manajer.
·
Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer tetap menentukan
perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar
terhadap perintah-perintah tersebut.
·
Sistem 3, konsultatif: manajer menetapkan tujuan-tujuan dan
memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan
bawahan.Sistem 4, partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert
tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan
dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal
yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan
pendapat dari para anggota kelompok.
Kesimpulan: kesimpulannya adalah rensis telah
menemukan bahwa manajer yang efektif menetapkan tujuan-tujuan spesifik, tetapi
memberikan kebebasan karyawan dalam cara mereka mencapai tujuan tersebut.
C.
Teori of Leadership Pattern Choice (Tannenbaum dan Scmidt)
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh
Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian
bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari
masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan
yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.Otoriter (tugas
berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh
pemimpin.Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat
(gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara
proporsional.
Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi
dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.” Contoh: Pemimpin memungkinkan
anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan
batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin
mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi
tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah,
mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.” Contoh:
Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka
pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan
keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.” Contoh:
Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk
bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan
mengundang pertanyaan.” Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang
mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian
meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan
kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.” Contoh: Pemimpin
mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu.
Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik
untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan
dan mengumumkan ke grup.” Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu
pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu
kepada tim.
D. Modern Choice Approach to Participation
·
Konsep Decision Tree
of Leadership dari Vroom & Yetton
Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat
keputusan. Karena keputusan-keputusan yg
dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kpd para bawahan mereka,
maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan
mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan
tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan
lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu
membuat keputusan dengan baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi
bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja,
mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.
·
Normative Theory dari
Vroom and Yetton sebagai berikut :
1. AI
(Autocratic) : Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara
unilateral, menggunakan
informasi yang ada.
2. AII
(Autocratic) : Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun
setelah membuat keputusan unilateral
3. CI
(Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara
perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
4. CII
(Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara
berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
5. GII
(Group Decision) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara
berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap
konsensus.
Dalam memilih
alternatif-alternatif pengambilan keputusan tersebut para pemimpin perlu
terlebih dahulu membuat pertanyaan kepada diri sendiri, seperti: apakah
kualitas pengambilan keputusan yang tinggi diperlukan, apakah saya memiliki
informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang berkualitas tersebut, apakah
permasalahannya telah terstruktur dengan baik. Dalam kaitannya dengan penerimaan
keputusan, pemimpin harus bertanya, apakah sangat penting untuk efektifitas
implementasi para bawahan menerima keputusan, apakah para bawahan menerima
tujuan organisasi yang akan dicapai melalui pemecahan masalah ini.
·
Normative Theory:
Rules Designed To Protect Decision Quality (Vroom & Yetton, 1973)
1. Leader
Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda tidak punya cukup
informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri, eleminasi gaya
autucratic.
2. Goal
Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan tidak suka untuk
membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi tertinggi.
3. Unstructured
Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk anda kekurangan cukup
informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur, eliminasi gaya
kepemimpinan autocratic.
4. Acceptance
Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif,
eliminasi gaya autocratic.
5. Conflict
Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif,
dan mereka memegang opini konflik di luar makna pencapaian beberapa sasaran,
eliminasi gaya autocratic.
6. Fairness
Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun pencapaiannya penting, maka
gunakan gaya yang paling partisipatif.
7. Acceptance
Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan belum tentu mempunyai hasil
dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak termotivasi untuk mencapai
tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling partisipatif.
Kesimpulan:
Salah satu tugas utama dari pemimpin adalah membuat keputusan. Untuk membuat
suatu keputusan yang baik dan tidak merugikan siapapun, maka pemimpin harus
memiliki kemampuan untuk membuat keputusan. Lebih baik jika keputusan tersebut
dapat digunakan untuk jangkapanjang.
E.
Teori Kepemimpinan Kontigency
Teori atau model kontigensi (fiedler,1967) sering
disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang
terganrung pada situai. model atau teori ini melihat bahwa kelompok efektif
tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan
subordinatanya sehingga situasi sehingga situasi menjadi pengendali dan
berpengaruh terhadap pemimpin.
Awal mula teori ini sangat menekankan pada dua
sasaran, yakni melakukan identifikasi faktor-faktor penting dalam situasi
tertentu dan memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan yang paling efektif
dalam situasi tertentu. hasilnya menunjukkan bahwa dalam situasi kerja selalu
da tiga elmen yang menentukan gaya kepemimpinan yang efektif yakni: hubungan
pemimpin dengan bawahan, struktur tugas, dan ketangguhan posisi pemimpin.
Karena situasi dapat sangat berfariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh
karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak da satu gaya atau
pendekatan kepemimpinan yang akan selalu baik. penerimaan kenyataan daar ini
melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh fiedler,
yang menerangkan teorinya sebagai contigency approach.
Teori contigency melihat pada aspek situasi dari
kepemimpinan. Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan:
1. leader orientation, adalah
apakah pemimpin pada suatu organisasi berorientasi pada relationship atau
berorientasi pada tax.
2. sitiation favorability , sejauh mana pemimoin tersebut
dapat mengendalikan suatu situasi, yang ditentukan oleh 3 variabel situasi,
yaitu leader member orientation (LMO): hubungan pribadi antara pemimpin dengan
para anggotanya, tax structure (TS): tingkat struktur tugas yang diberikan oleh
pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi, position power (pp): tingkat
kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
F. Teori Kepemimpinan dari konsep Path-Goal Theory
Path-Goal Theory menjelaskan
kepemimpinan sebagai ke efektifan pemimpin yang tergantung dari pemimpin
memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian tujuan para pengikutnya/karyawanya. Path-Goal
Theory berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara
tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi.
·
Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan
dalam 4 kelompok:
1. Kepempimpinan Direktif,
melibatkan pembiaran bawahan untuk tahu secara pasti apa yang diharapkan dari
seorang pemimpin melalui proses pemberian arahan.
2. Kepemimpinan Suportif,
melibatkan cara yang bersahabat dan bersifat mengajak pemimpin atas bawahan
dengan menampakkan perhatian atas kebutuhan dan kesejahteraan bawahan.
3. Kepempimpinan Partisipatif,
melibatkan proses konsultatif dengan para bawahan serta kecenderungan
menggunakan evaluasi yang berasal dari pendapat dan saran bawahan sebelum membuat keputusan.
4. Kepemimpinan Berorientasi
Pencapaian, melibatkan rancangan tujuan yang menantang para bawahan, mencari
perbaikan atas kinerja, dan menunjukkan keyakinan bahwa bawahan dapat melakukan
kinerja yang baik.
·
Kepemimpinan dalam Teori Path-Goal ditentukan oleh
dua faktor situasional yaitu:
1. Karakteristik Personal
Bawahan
2. Sifat Pekerjaan.
Kesimpulan :
Menurut Path-Goal, Theory ini pemimpin harus menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan
terhadap motivasi para pengikut kinerja dan kepuasan. Perilaku pemimpin
bersifat motivasional sejauh perilaku tersebut menyediakan arahan, bimbingan
dan dukungan yang diperlukan bawahan, mendorong hubungan dan membuang
tiap hambatan yang merintangi pencapaian tujuan.kemudian pemimpin mempunyai
empat tingkah laku yang bisa membuat bawahan mencapai kepuasan kerja dan
penerimaan terhadap pemimpin.
Daftar Pustaka :
Peter G. Northouse, Leadership : Theory and
Practice, Fifth Edition (Thousand Oaks, California : SAGE Publication, 2010)
Prasetyo, Iis.
(2009). Path Goal Theory dalam Kepemimpinan.
http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/2009/08/31/teori-path-goal-dalam-kepemimpinan/
Daftar
Pustaka
http://www.academia.edu/4802030/Teori Dasar Kepemimpinan
http://www.odportal.com/leadership/fastlearner/likert.htm
Sehfudin,
Arif. 2011. Dalam Skripsi: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Komunikasi Organisasi Dan
Motivasi kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jakarta: PT. Media
No comments:
Post a Comment