Tuesday, 3 November 2015

#Softskill Psikologi Manajemen

Kepemimpinan




Disusun Oleh
KELOMPOK ANGGREK

1) Ahmad Dedy S. (10513404)
2) Aprillia Lentera W. (19513928)
3) Gipthasari A. P (13513745)
4) Reynaldo Cesar (17513484)
5) Siti Aufaa Ni’matin (18513527)
6) Vanya Anugerahayu Injaya (17512549)


Kelas : 3PA02
Universitas Gunadarma
2015





  
      Leadership 

    I.         Defenisi

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnyakecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lainuntuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. 
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan  khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi oranglain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono,1994:181).
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memilikikewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama gunamencapai sasaran tertentu (Kartono, 2005)

    Teori Kepemimpinan Partisipatif:

A.    Teori dan Y dari Douglas McGregor
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

1.      Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

2.      Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.

B.       Teori empat sistem rensis likert salah satu yang dikemukakan oleh rensis adalah 4 sistem yaitu:

·         Sistem 1, otoritatif dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
·         Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
·         Sistem 3, konsultatif: manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan.Sistem 4, partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok.
Kesimpulan: kesimpulannya adalah rensis telah menemukan bahwa manajer yang efektif menetapkan tujuan-tujuan spesifik, tetapi memberikan kebebasan karyawan dalam cara mereka mencapai tujuan tersebut.

C. Teori of Leadership Pattern Choice (Tannenbaum dan Scmidt)
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin.Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.” Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.” Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.” Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.” Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.” Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim.

D. Modern Choice Approach to Participation
·         Konsep Decision Tree of Leadership dari Vroom & Yetton
Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena  keputusan-keputusan yg dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kpd para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.

·         Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
1.      AI (Autocratic) : Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral, menggunakan
informasi yang ada.

2.      AII (Autocratic) : Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral
3.      CI (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
4.      CII (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
5.      GII (Group Decision) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap konsensus.

Dalam memilih alternatif-alternatif pengambilan keputusan tersebut para pemimpin perlu terlebih dahulu membuat pertanyaan kepada diri sendiri, seperti: apakah kualitas pengambilan keputusan yang tinggi diperlukan, apakah saya memiliki informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang berkualitas tersebut, apakah permasalahannya telah terstruktur dengan baik. Dalam kaitannya dengan penerimaan keputusan, pemimpin harus bertanya, apakah sangat penting untuk efektifitas implementasi para bawahan menerima keputusan, apakah para bawahan menerima tujuan organisasi yang akan dicapai melalui pemecahan masalah ini.

·         Normative Theory: Rules Designed To Protect Decision Quality (Vroom & Yetton, 1973)
1.      Leader Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda tidak punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri, eleminasi gaya autucratic.
2.      Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan tidak suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi tertinggi.
3.      Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk anda kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur, eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
4.      Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
5.      Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar makna pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
6.      Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
7.      Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan belum tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling partisipatif.
Kesimpulan: Salah satu tugas utama dari pemimpin adalah membuat keputusan. Untuk membuat suatu keputusan yang baik dan tidak merugikan siapapun, maka pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membuat keputusan. Lebih baik jika keputusan tersebut dapat digunakan untuk jangkapanjang.


E. Teori Kepemimpinan Kontigency
Teori atau model kontigensi (fiedler,1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang terganrung pada situai. model atau teori ini melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatanya sehingga situasi sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin.
Awal mula teori ini sangat menekankan pada dua sasaran, yakni melakukan identifikasi faktor-faktor penting dalam situasi tertentu dan memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan yang paling efektif dalam situasi tertentu. hasilnya menunjukkan bahwa dalam situasi kerja selalu da tiga elmen yang menentukan gaya kepemimpinan yang efektif yakni: hubungan pemimpin dengan bawahan, struktur tugas, dan ketangguhan posisi pemimpin. Karena situasi dapat sangat berfariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak da satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu baik. penerimaan kenyataan daar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai contigency approach.
Teori contigency melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan. Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan:
1.      leader orientation, adalah apakah pemimpin pada suatu organisasi berorientasi pada relationship atau berorientasi pada tax.
2.      sitiation  favorability , sejauh mana pemimoin tersebut dapat mengendalikan suatu situasi, yang ditentukan oleh 3 variabel situasi, yaitu leader member orientation (LMO): hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya, tax structure (TS): tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi, position power (pp): tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.


F. Teori Kepemimpinan dari konsep Path-Goal Theory
Path-Goal Theory menjelaskan kepemimpinan sebagai ke efektifan pemimpin yang tergantung dari pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian  tujuan para pengikutnya/karyawanya. Path-Goal Theory berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi.
·         Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok:
1.      Kepempimpinan Direktif, melibatkan pembiaran bawahan untuk tahu secara pasti apa yang diharapkan dari seorang pemimpin melalui proses pemberian arahan.
2.      Kepemimpinan Suportif, melibatkan cara yang bersahabat dan bersifat mengajak pemimpin atas bawahan dengan menampakkan perhatian atas kebutuhan dan kesejahteraan bawahan.
3.      Kepempimpinan Partisipatif, melibatkan proses konsultatif dengan para bawahan serta kecenderungan menggunakan evaluasi yang berasal dari pendapat dan saran bawahan sebelum  membuat keputusan.
4.      Kepemimpinan Berorientasi Pencapaian, melibatkan rancangan tujuan yang menantang para bawahan, mencari perbaikan atas kinerja, dan menunjukkan keyakinan bahwa bawahan dapat melakukan kinerja yang baik.

·         Kepemimpinan dalam Teori Path-Goal ditentukan oleh dua faktor situasional yaitu:
1.      Karakteristik Personal Bawahan 
2.      Sifat Pekerjaan.

 Kesimpulan : 


Menurut Path-Goal, Theory ini pemimpin harus menjadi efektif  karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengikut kinerja dan kepuasan. Perilaku pemimpin bersifat motivasional sejauh perilaku tersebut menyediakan arahan, bimbingan dan dukungan yang diperlukan bawahan,  mendorong hubungan dan membuang tiap hambatan yang merintangi pencapaian tujuan.kemudian pemimpin mempunyai empat tingkah laku yang bisa membuat bawahan mencapai kepuasan kerja dan penerimaan terhadap pemimpin.




Daftar Pustaka :

Peter G. Northouse, Leadership : Theory and Practice, Fifth Edition (Thousand Oaks, California : SAGE Publication, 2010)
Prasetyo, Iis. (2009). Path Goal Theory dalam Kepemimpinan. http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/2009/08/31/teori-path-goal-dalam-kepemimpinan/
Daftar Pustaka
http://www.odportal.com/leadership/fastlearner/likert.htm
Sehfudin, Arif. 2011. Dalam Skripsi: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Komunikasi Organisasi Dan Motivasi kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jakarta: PT. Media

No comments:

Post a Comment