Tuesday 17 November 2015

#Softskill Psikologi Manajemen

Review Film "Everest" dan 
Analisis Film berikut Kesimpulan



Disusun Oleh
Kelompok Anggrek :

1) Ahmad Dedy S.                 10513404
2) Aprillia Lentera W.            19513928
3) Gipthasari A. P                  13513745
4) Reynaldo Cesar                17513484
5) Siti Aufaa Ni’matin             18513527
6) Vanya Anugrahayu I.        17512549

        Kelas : 3PA02
Universitas Gunadarma
               2015




 Review Film “Everest” 2015
'Everest' menangkap realitas pendakian puncak setinggi 8.848 meter dengan cara yang impresif secara visual, namun karakterisasi dan drama antarmanusia bukanlah kekuatan utamanya.


“The last words belong to the mountain.”
— Anatoli


Meski tak menyebutkan bahwa film ini diangkat dari buku laris Into Thin Air yang ditulis oleh jurnalis Jon Krakauer, Everest mengambil cerita yang sama, yaitu tragedi Mei 1996 yang menewaskan 8 pendaki. Sementara filmnya sendiri memang memfokuskan pada tragedi ini, namun Everest tak pernah menjadi terlalu melodramatis. 

Bagi sebagian orang, ada sensasi yang berbeda ketika berhasil menginjakan kaki di puncak Everest. Gunung yang mempunyai tinggi 8.848 meter diatas permukaan laut ini menjadi salah satu gunung paling berbahaya di dunia. Namun, hal itu tidak mengurungkan beberapa pendaki untuk menghentikan langkah kakinya agar sampai ke puncak gunung Everest.

Film yang diangkat dari kisah perjalanan Rob Hall (Jason Clarke) beserta pendaki lainnya ini terjadi pada tanggal 10 Mei 1996 silam. Curahan hati para pendaki gunung seakan tertuang di film ini. Film ini sangat serat akan pesan perjuangan dalam mencapai tujuan, meski diterpa berbagai masalah selama perjalanan.

Dari segi visual, film Everest terbilang sangat bagus. Penonton akan disuguhkan pemandangan yang mampu membuat takjub semua mata yang melihatnya. Apalagi film produksi Universal Studio ini juga ditampilkan dalam bentuk 3D yang bisa disaksikan di IMAX. Tak pelak sensasi seperti berada di puncak Everest akan didapat penonton kala menyaksikan film.

Dari segi cerita, film Everest tak banyak menceritakan kisah awal dari para pendaki yang menjadi korban keganasan gunung Everest, justru lebih mengangkat cerita dari Adventure Consultans. Sutradara juga lebih memilih menyajikan film secara tidak berlebihan. Apalagi didukung oleh akting para pemain yang sangat natural.


Dari Review diatas dapat dikaitkan dalam Teori Motivasi.                
  1. Definisi Motivasi
Basuki (2008) motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau bahasa inggrisnya to move. motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat didalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force).

Walgito (dalam Basuki, 2008) motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.

Robins dan Judge (2008) motivasi adalah sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.

Alport (dalam Feist&feist, 2010) motivasi adalah dorongan yang dirasakan dengan kejadian – kejadian yang terjadi di masa lalu.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa. Motivasi adalah kekuatan yang terdapat didalam diri seseorang yang mendorong untuk berbuat sesuatu untuk mencapai tujuannya.


  •  Dalam film Everest ini :

Bahwa para pendaki memiliki motivasi yang lebih untuk menaklukan keganasan gunung everest. Dari teori para tokoh di atas para pendaki everest ini memiliki  kekuatan yang terdapat didalam pribadi setiap orang pendaki sehingga mendorong untuk berbuat sesuatu untuk mencapai tujuannya yaitu puncak gunung everest. 

2.      Teori-teori Motivasi
Basuki (2008) membagi teori-teori motivasi berdasarkan dari tiga stimulus yang timbul, sehingga timbul berbagai teori tentang motivasi seperti:

a. Teori dorongan
Teori dorongan mengatakan bahwa perilaku didorong ke arah tujuan oleh kondisi yang mendesak (driving state) dalam diri orang atau binatang. Bila kondisi dorongan internal itu muncul, individu didesak untuk berprilaku dengan cara yang sedemikian rupa sehingga mengurangi intensitas dari kondisi mendesak tersebut.
  
b. Teori insentif
Teori ini memberi tekanan pada perilaku yang dimotivasi oleh insentif, teori insentif lebih merupakan suatu daya tarik atau rangsangan yang datang dari depan. Hal penting dari teori insentif  adalah bahwa individu mengharapkan kenikmatan dengan mencapai apa yang disebut insentif positif dan menghindari apa yang dikenal sebagai insentif negatif. 

c. Teori proses terbalik (opponent-process theory)
Teori motivasi ini sering terdapat pada orang-orang yang senang menyerempet bahaya untuk mendapatkan kenikmatan setelah bebas dari bahaya itu.

d. Teori level optimal
Dalam teori level optimal orang-orang cenderung mencari motivasi misalnya, orang yang terlalu sibuk akan mengalami stres dan kelelahan, dan selanjutnya akan termotivasi untuk melakukan sesuatu guna mengendorkan ketegangan atau stres itu sampai ke level optimal. Begitu pun orang yang terlalu banyak waktu luang sehingga mengalami kebosanan, dan selanjutnya akan mencari kesibukan sampai ke level optimal.

  

 Kesimpulan 
Dalam teori dorongan motivasi yang dikaitkan dalam film Everest tersebut bahwa dapat disimpulkan :
Dari definisi dan  ke-empat teori diatas kami dapat mengambil 2 teori motivasi yaitu teori dorongan dan teori proses terbalik . Di dalam film everest ini bahwa para pendaki memiliki dorongan yang kuat untuk keluar dalam bahaya alam yang ada di gunung everest seperti badai salju.

Bagaimana mereka para pendaki dapat menghadapi medan digunung everest yang berat di dalam film tersebut bagaimana di perlihatkan para pendaki melewati tangga setapak, melewati tebing-tebing terjal dalam keadaan badai salju dan kondisi cuaca yang ekstrem. Didalam pengertian teori proses terbalik yang dijelaskan diatas kami menyimpulkan di dalam film ini bahwa para pendaki tersebut memiliki sebuah kesenangan untuk menyempret bahaya demi sebuah kesenangan yaitu ingin mendaki gunung everest tersebut


Daftar Pustaka

Basuki, M. A. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Feist, J, & Feist, J. G. (2010). Teori kepribadian. Jakarta: Mc-Graw-Hill Education and Salemba Empat
Robins, P. S, & Judge, A. T. (2008). Perilaku organisasi organizational Behavior. Jakarta: Salemba Empat


Monday 16 November 2015

#Softskill Psikologi Manajemen

Motivasi

Disusun Oleh
Kelompok Anggrek :

1) Ahmad Dedy S. (10513404)
2) Aprillia Lentera W. (19513928)
3) Gipthasari A. P (13513745)
4) Reynaldo Cesar (17513484)
5) Siti Aufaa Ni’matin (18513527)
6) Vanya Anugerahayu Injaya (17512549)


Kelas : 3PA02
Universitas Gunadarma
2015



  • Menurut Abraham Maslow : Kebutuhan manusia itu disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan yang disebut hierarki Maslow.

   Seperti gambar dibawah ini :
1.     Fisiologis
Merupakan kebutuhan yang dianggap sebagai titik awal kebutuhan manusia yang sering juga disebut sebagai tuntutan fisik
Contoh : jika kita lapar kita harus makan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis kita

2.     Rasa Aman
Ketika kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka akan timbul suatu kebutuhan yang dinyatakan sebagai kebutuhan akan keamanan. 
Contoh : jika kita pergi ke suatu mall kita akan merasa tidak aman jika kita di ikuti oleh orang asing, kemudian kita melaporkan kepada security mall. Dengan begitu rasa aman kita akan terpenuhi oleh ada nya pengamanan yang dilakukan oleh security tersebut.

3.     Sosial
Ketika kebutuhan fisiologis dan keamanan sudah terpenuhi, maka akan timbul kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan kebersamaan.
Contoh : ketika seseorang sedang merasa sedih kemudian adanya keluarga dan teman memberikan semangat kepada orang tersebut pasti ia merasa nyaman dan merasa terpenuhi akan kebutuhan sosialnya.

4. Penghargaan
Umumnya orang akan menginginkan kehidupan yang stabil, punya penilaian diri yang tinggi terhadap dirinya, harga diri, dan dihargai oleh orang lain. 
Kebutuhan ini dibagi menjadi 2:
a.  keinginan akan kemampuan, prestasi, penghasilan cukup, kenyamanan hidup
kebebasan dan berhak menentukan pilihan sendiri.
b.    keinginan akan reputasi dan prestise, pengakuan, perhatian dari orang lain, dan penghargaan
contoh : seseorang yang sudah dapat memiliki jabatan dalam pekerjaannya , orang tersebut ingin mendapatkan penghargaan dan kenyamanan hidupnya .

5. Aktualisasi Diri
Setelah semua kebutuhan terpenuhi dan berada pada posisi nyaman, berkecukupan dan bekerja sesuai dengan keinginannya maka pada diri seseorang akan muncul kebutuhan akan aktualisasi diri. Dalam kebutuhan ini membuat kepuasan tersendiri kepada diri kita sendiri.
Contoh : ketika seseorang sudah mendapatkan karir yang berada di puncaknya, orang tersebut merasa sudah terpenuhi dan merasa cukup akan hal ini karena rasa puas yang yang didapatkan.


  •  WH.Burton dalam bukunya “ The Guidance Of Learning Activity “ sebagaimana dikutip oleh Ramayulis menyatakan bahwa : 

Motivasi itu ada dua jenis :

1. Motivasi instrinsik ialah suatu daya yang telah ada dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu, 
      2.   Motivasi ekstrinsik ialah segala sesuatu yang berada diluar diri individu yang akan menjadi cemeti baginya untuk berbuat lebih giat. 

Tuesday 10 November 2015

#Softskill Tugas Psikologi Manajemen #

LeaderShip Analisis Film "Crimson Tide"

Disusun Oleh 
Kelompok Anggrek

1) Ahmad Dedy S. (10513404)
2) Aprillia Lentera W. (19513928)
3) Gipthasari A. P (13513745)
4) Reynaldo Cesar (17513484)
5) Siti Aufaa Ni’matin (18513527)
6) Vanya Anugerahayu Injaya (17512549)

Kelas : 3PA02
Universitas Gunadarma
2015



Leadership
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnyakecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lainuntuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. 

Analisis Film
Tokoh utama :Kapten Frank Ramsey (Gene Hackman) : adalah seorang perwira senior AL yang patuh pada perintah sampai hal yang sedetail mungkin dan juga menuntut kepatuhan absolut dari bawahannya. Ketika perwira pertama Alabama menderita usus buntu sehingga harus dioperasi, maka Kapten Ramsey harus memilih penggantinya.

    Teori Kepemimpinan Partisipatif:
 Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor
A.     Teori X dari Douglas McGregor
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang.

Analisis Film
Dari sekian banyak perwira muda AL yang cemerlang, pilihan Ramsey jatuh pada Letnan Komandan Ron Hunter (Denzel Washington) sebagai perwira pertama baru USS Alabama Hunter : adalah tipe perwira yang tidak membabibuta dalam menuruti perintah atasan melainkan mempertimbangkan dulu apakah perintah itu memang pantas dilaksanakan.

B.      Teori Y dari Douglas McGregor
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya.
Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja.

Analisis FIlm
.Bagi Kapten Ramsey, perintah dalam pesan itu sudah jelas dan ia bertekad melaksanakannya. Walau perintah itu bisa menimbulkan perang nuklir di dunia sehingga terjadi kiamat bagi umat manusia. Nyawa ratusan juta manusia tergantung dari tombol senjata nuklir yang akan ditekan Ramsey. 

Penelitian teori X dan Y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.

Analisis Film
Hunter yang tidak puas dengan pesan tidak lengkap itu sehingga meminta Ramsey untuk mempertimbangkan dahulu. Prioritas bagi Hunter adalah memperbaiki sistem komunikasi sehingga dapat berhubungan dengan markas untuk konfirmasi perintah itu.
yang tidak puas dengan pesan tidak lengkap itu sehingga meminta Ramsey untuk mempertimbangkan dahulu. Prioritas bagi Hunter adalah memperbaiki sistem komunikasi sehingga dapat berhubungan dengan markas untuk konfirmasi perintah itu.


            C. Teori of Leadership Pattern Choice (Tannenbaum dan Scmidt)
Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin.
Analisis Film
Prioritas bagi Hunter adalah memperbaiki sistem komunikasi sehingga dapat berhubungan dengan markas untuk konfirmasi perintah itu. 


D. Modern Choice Approach to Participation
Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.

Analisis Film
Ramsey dan Hunter karena gaya kepemimpinan mereka berbeda. Apalagi ketika muncul sebuah krisis internasional yaitu direbutnya sebuah basis nuklir Rusia oleh para pemberontak yang anti Amerika dan ingin  kembali pada masa keemasan Uni Soviet. Itu yang membuat harus bisa mengikuti kata-kata dari siapa yang harus dijalankan karena untuk kelangsungan orang banyak.

Kesimpulan

kesimpulannya adalah bahwa film crimsone berhubungan teori dengan leadership dari mcGregor. bahwa Kapten Ramsey adalah seseorang perwira senior AL yang patuh pada perintah sampai hal yang sedetail mungkin dan juga menuntut kepatuhan absolut dari bawahannya. Dari sini kita dapat melihat Kapten Ramsey memiliki gaya kepemimpinan ahli, karena ia memiliki keahlian tertentu untuk memilih dari banyaknya perwira muda untuk menjadi perwira Alabama, terpilihlah Letnan Hunter dan pilihannya tidak salah.
Sedangkan, tokoh kedua yang saya akan jelaskan gaya kepemimpinannya yaitu, Letnan Hunter. Letnan Hunter adalah tipe perwira yang tidak membabi buta dalam menuruti perintah atasan melainkan mempertimbangkan dahulu apakah perintah itu pantas dilaksanakan. Disini kita mengetahui bahwa Letnan Hunter sebelum melaksanakan perintah dari atasannya ia berpikir dua kali untuk melaksanakannya atau tidak dan ia juga memikirkan strategi-strategi yang lebih baik lagi dalam menghadapi perang dan ia juga ingin agar bawahannya tidak cepat jenuh dalam menghadapi perang.

Sumber :
https://paliandri.wordpress.com/2010/05/13/sinopsis-film-crimson-tide/

http://www.kompasiana.com/marina_zip/crimson-tide_552df7046ea834df058b460a

Tuesday 3 November 2015

#Softskill Psikologi Manajemen

Kepemimpinan




Disusun Oleh
KELOMPOK ANGGREK

1) Ahmad Dedy S. (10513404)
2) Aprillia Lentera W. (19513928)
3) Gipthasari A. P (13513745)
4) Reynaldo Cesar (17513484)
5) Siti Aufaa Ni’matin (18513527)
6) Vanya Anugerahayu Injaya (17512549)


Kelas : 3PA02
Universitas Gunadarma
2015





  
      Leadership 

    I.         Defenisi

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnyakecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lainuntuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. 
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan  khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi oranglain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono,1994:181).
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memilikikewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama gunamencapai sasaran tertentu (Kartono, 2005)

    Teori Kepemimpinan Partisipatif:

A.    Teori dan Y dari Douglas McGregor
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

1.      Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

2.      Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.

B.       Teori empat sistem rensis likert salah satu yang dikemukakan oleh rensis adalah 4 sistem yaitu:

·         Sistem 1, otoritatif dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
·         Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
·         Sistem 3, konsultatif: manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan.Sistem 4, partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok.
Kesimpulan: kesimpulannya adalah rensis telah menemukan bahwa manajer yang efektif menetapkan tujuan-tujuan spesifik, tetapi memberikan kebebasan karyawan dalam cara mereka mencapai tujuan tersebut.

C. Teori of Leadership Pattern Choice (Tannenbaum dan Scmidt)
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin.Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.” Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.” Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.” Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.” Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.” Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim.

D. Modern Choice Approach to Participation
·         Konsep Decision Tree of Leadership dari Vroom & Yetton
Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena  keputusan-keputusan yg dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kpd para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.

·         Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
1.      AI (Autocratic) : Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral, menggunakan
informasi yang ada.

2.      AII (Autocratic) : Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral
3.      CI (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
4.      CII (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
5.      GII (Group Decision) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap konsensus.

Dalam memilih alternatif-alternatif pengambilan keputusan tersebut para pemimpin perlu terlebih dahulu membuat pertanyaan kepada diri sendiri, seperti: apakah kualitas pengambilan keputusan yang tinggi diperlukan, apakah saya memiliki informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang berkualitas tersebut, apakah permasalahannya telah terstruktur dengan baik. Dalam kaitannya dengan penerimaan keputusan, pemimpin harus bertanya, apakah sangat penting untuk efektifitas implementasi para bawahan menerima keputusan, apakah para bawahan menerima tujuan organisasi yang akan dicapai melalui pemecahan masalah ini.

·         Normative Theory: Rules Designed To Protect Decision Quality (Vroom & Yetton, 1973)
1.      Leader Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda tidak punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri, eleminasi gaya autucratic.
2.      Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan tidak suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi tertinggi.
3.      Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk anda kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur, eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
4.      Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
5.      Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar makna pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
6.      Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
7.      Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan belum tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling partisipatif.
Kesimpulan: Salah satu tugas utama dari pemimpin adalah membuat keputusan. Untuk membuat suatu keputusan yang baik dan tidak merugikan siapapun, maka pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membuat keputusan. Lebih baik jika keputusan tersebut dapat digunakan untuk jangkapanjang.


E. Teori Kepemimpinan Kontigency
Teori atau model kontigensi (fiedler,1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang terganrung pada situai. model atau teori ini melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatanya sehingga situasi sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin.
Awal mula teori ini sangat menekankan pada dua sasaran, yakni melakukan identifikasi faktor-faktor penting dalam situasi tertentu dan memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan yang paling efektif dalam situasi tertentu. hasilnya menunjukkan bahwa dalam situasi kerja selalu da tiga elmen yang menentukan gaya kepemimpinan yang efektif yakni: hubungan pemimpin dengan bawahan, struktur tugas, dan ketangguhan posisi pemimpin. Karena situasi dapat sangat berfariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak da satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu baik. penerimaan kenyataan daar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai contigency approach.
Teori contigency melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan. Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan:
1.      leader orientation, adalah apakah pemimpin pada suatu organisasi berorientasi pada relationship atau berorientasi pada tax.
2.      sitiation  favorability , sejauh mana pemimoin tersebut dapat mengendalikan suatu situasi, yang ditentukan oleh 3 variabel situasi, yaitu leader member orientation (LMO): hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya, tax structure (TS): tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi, position power (pp): tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.


F. Teori Kepemimpinan dari konsep Path-Goal Theory
Path-Goal Theory menjelaskan kepemimpinan sebagai ke efektifan pemimpin yang tergantung dari pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian  tujuan para pengikutnya/karyawanya. Path-Goal Theory berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi.
·         Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok:
1.      Kepempimpinan Direktif, melibatkan pembiaran bawahan untuk tahu secara pasti apa yang diharapkan dari seorang pemimpin melalui proses pemberian arahan.
2.      Kepemimpinan Suportif, melibatkan cara yang bersahabat dan bersifat mengajak pemimpin atas bawahan dengan menampakkan perhatian atas kebutuhan dan kesejahteraan bawahan.
3.      Kepempimpinan Partisipatif, melibatkan proses konsultatif dengan para bawahan serta kecenderungan menggunakan evaluasi yang berasal dari pendapat dan saran bawahan sebelum  membuat keputusan.
4.      Kepemimpinan Berorientasi Pencapaian, melibatkan rancangan tujuan yang menantang para bawahan, mencari perbaikan atas kinerja, dan menunjukkan keyakinan bahwa bawahan dapat melakukan kinerja yang baik.

·         Kepemimpinan dalam Teori Path-Goal ditentukan oleh dua faktor situasional yaitu:
1.      Karakteristik Personal Bawahan 
2.      Sifat Pekerjaan.

 Kesimpulan : 


Menurut Path-Goal, Theory ini pemimpin harus menjadi efektif  karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengikut kinerja dan kepuasan. Perilaku pemimpin bersifat motivasional sejauh perilaku tersebut menyediakan arahan, bimbingan dan dukungan yang diperlukan bawahan,  mendorong hubungan dan membuang tiap hambatan yang merintangi pencapaian tujuan.kemudian pemimpin mempunyai empat tingkah laku yang bisa membuat bawahan mencapai kepuasan kerja dan penerimaan terhadap pemimpin.




Daftar Pustaka :

Peter G. Northouse, Leadership : Theory and Practice, Fifth Edition (Thousand Oaks, California : SAGE Publication, 2010)
Prasetyo, Iis. (2009). Path Goal Theory dalam Kepemimpinan. http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/2009/08/31/teori-path-goal-dalam-kepemimpinan/
Daftar Pustaka
http://www.odportal.com/leadership/fastlearner/likert.htm
Sehfudin, Arif. 2011. Dalam Skripsi: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Komunikasi Organisasi Dan Motivasi kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jakarta: PT. Media