Review Film "Everest" dan
Analisis Film berikut Kesimpulan
Disusun Oleh
Kelompok Anggrek :
1) Ahmad Dedy S. 10513404
2) Aprillia Lentera W. 19513928
3) Gipthasari A. P 13513745
4) Reynaldo Cesar 17513484
5) Siti Aufaa Ni’matin 18513527
6) Vanya Anugrahayu I. 17512549
Kelas : 3PA02
Universitas Gunadarma
2015
Review Film “Everest” 2015
'Everest' menangkap realitas pendakian puncak setinggi 8.848
meter dengan cara yang impresif secara visual, namun karakterisasi dan drama
antarmanusia bukanlah kekuatan utamanya.
“The last words belong to the mountain.”
— Anatoli
— Anatoli
Meski tak menyebutkan bahwa film ini diangkat dari buku laris Into
Thin Air yang ditulis oleh jurnalis Jon
Krakauer, Everest mengambil cerita yang sama, yaitu tragedi Mei 1996
yang menewaskan 8 pendaki. Sementara filmnya sendiri memang memfokuskan pada
tragedi ini, namun Everest tak pernah menjadi terlalu melodramatis.
Bagi sebagian
orang, ada sensasi yang berbeda ketika berhasil menginjakan kaki di puncak
Everest. Gunung yang mempunyai tinggi 8.848 meter diatas permukaan laut ini
menjadi salah satu gunung paling berbahaya di dunia. Namun, hal itu tidak
mengurungkan beberapa pendaki untuk menghentikan langkah kakinya agar sampai ke
puncak gunung Everest.
Film yang diangkat
dari kisah perjalanan Rob Hall (Jason Clarke) beserta pendaki lainnya ini
terjadi pada tanggal 10 Mei 1996 silam. Curahan hati para pendaki gunung seakan
tertuang di film ini. Film ini sangat serat akan pesan perjuangan dalam
mencapai tujuan, meski diterpa berbagai masalah selama perjalanan.
Dari segi visual,
film Everest terbilang sangat bagus. Penonton akan disuguhkan pemandangan yang
mampu membuat takjub semua mata yang melihatnya. Apalagi film produksi
Universal Studio ini juga ditampilkan dalam bentuk 3D yang bisa disaksikan di
IMAX. Tak pelak sensasi seperti berada di puncak Everest akan didapat penonton
kala menyaksikan film.
Dari segi cerita,
film Everest tak banyak menceritakan kisah awal dari para pendaki yang menjadi
korban keganasan gunung Everest, justru lebih mengangkat cerita dari Adventure
Consultans. Sutradara juga lebih memilih menyajikan film secara tidak
berlebihan. Apalagi didukung oleh akting para pemain yang sangat natural.
Dari Review diatas dapat dikaitkan dalam Teori Motivasi.
1. Definisi
Motivasi
Basuki
(2008) motif berasal dari bahasa latin movere
yang berarti bergerak atau bahasa inggrisnya to move. motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat didalam
diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force).
Walgito
(dalam Basuki, 2008) motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme
yang mendorong perilaku ke arah tujuan.
Robins
dan Judge (2008) motivasi adalah sebagai proses yang menjelaskan intensitas,
arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.
Alport
(dalam Feist&feist, 2010) motivasi adalah dorongan yang dirasakan dengan
kejadian – kejadian yang terjadi di masa lalu.
Berdasarkan pendapat
beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa. Motivasi adalah kekuatan yang
terdapat didalam diri seseorang yang mendorong untuk berbuat sesuatu untuk
mencapai tujuannya.
- Dalam film Everest ini :
Bahwa para pendaki memiliki motivasi yang lebih untuk menaklukan
keganasan gunung everest. Dari teori para tokoh di atas para pendaki everest
ini memiliki kekuatan yang terdapat
didalam pribadi setiap orang pendaki sehingga mendorong untuk berbuat sesuatu
untuk mencapai tujuannya yaitu puncak gunung everest.
2. Teori-teori
Motivasi
Basuki
(2008) membagi teori-teori motivasi berdasarkan dari tiga stimulus yang timbul,
sehingga timbul berbagai teori tentang motivasi seperti:
a. Teori dorongan
Teori
dorongan mengatakan bahwa perilaku didorong ke arah tujuan oleh kondisi yang
mendesak (driving state) dalam diri
orang atau binatang. Bila kondisi dorongan internal itu muncul, individu
didesak untuk berprilaku dengan cara yang sedemikian rupa sehingga mengurangi
intensitas dari kondisi mendesak tersebut.
b. Teori insentif
Teori
ini memberi tekanan pada perilaku yang dimotivasi oleh insentif, teori insentif lebih merupakan suatu daya tarik atau
rangsangan yang datang dari depan. Hal penting dari teori insentif adalah bahwa individu mengharapkan kenikmatan
dengan mencapai apa yang disebut insentif positif dan menghindari apa yang
dikenal sebagai insentif negatif.
c. Teori proses terbalik (opponent-process theory)
Teori
motivasi ini sering terdapat pada orang-orang yang senang menyerempet bahaya
untuk mendapatkan kenikmatan setelah bebas dari bahaya itu.
d. Teori level optimal
Dalam teori
level optimal orang-orang cenderung mencari motivasi misalnya, orang yang
terlalu sibuk akan mengalami stres dan kelelahan, dan selanjutnya akan
termotivasi untuk melakukan sesuatu guna mengendorkan ketegangan atau stres itu
sampai ke level optimal. Begitu pun orang yang terlalu banyak waktu luang
sehingga mengalami kebosanan, dan selanjutnya akan mencari kesibukan sampai ke
level optimal.
Kesimpulan
Dalam teori dorongan motivasi yang dikaitkan dalam film Everest tersebut
bahwa dapat disimpulkan :
Dari definisi dan ke-empat teori
diatas kami dapat mengambil 2 teori motivasi yaitu teori dorongan dan teori
proses terbalik . Di dalam film everest ini bahwa para pendaki memiliki
dorongan yang kuat untuk keluar dalam bahaya alam yang ada di gunung everest seperti
badai salju.
Bagaimana mereka para pendaki dapat menghadapi medan digunung everest yang
berat di dalam film tersebut bagaimana di perlihatkan para pendaki melewati
tangga setapak, melewati tebing-tebing terjal dalam keadaan badai salju dan
kondisi cuaca yang ekstrem. Didalam pengertian teori proses terbalik yang
dijelaskan diatas kami menyimpulkan di dalam film ini bahwa para pendaki
tersebut memiliki sebuah kesenangan untuk menyempret bahaya demi sebuah
kesenangan yaitu ingin mendaki gunung everest tersebut
Daftar
Pustaka
Basuki,
M. A. (2008). Psikologi umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma
Feist,
J, & Feist, J. G. (2010). Teori
kepribadian. Jakarta: Mc-Graw-Hill Education and Salemba Empat
Robins, P. S, & Judge, A. T. (2008). Perilaku organisasi organizational
Behavior. Jakarta: Salemba Empat
No comments:
Post a Comment