Thursday 17 March 2016

Psikologi Transpersonal

         Psikologi transpersonal merupakan salah satu kajian khusus dalam psikologi humanistik yang mengintegrasikan konsep psikologi dengan aspek spiritual dari pengalaman manusia. Pengalaman personal dari tiap individu dalam kajian ini berperan sangat penting, sebagai dasar dari konsep psikologi transpersonal itu sendiri agar tidak sekedar menjadi bahasan yang abstrak.

Sejarah 
        Tokoh psikologi humanistik, yaitu Abraham Maslow yang terkenal dengan teori aktualisasi dirinya, pada tahun 1968 menemukan adanya keterbatasan pada model humanistik. Menurutnya, terdapat kemungkinan-kemungkinan dalam diri manusia untuk melampaui aktualisasi diri, dimana individu merasa sebagai bagian dari satu kesatuan yang lebih besar. Oleh karena itu kebutuhan “aktualisasi diri” ini tidak lagi relevan untuk dikatakan sebagai kebutuhan tertinggi dalam hirarki kebutuhannya. Maslow bahkan menjuluki psikologi transpersonal sebagai kekuatan keempat dalam psikologi untuk melengkapi 3 aliran yang telah ada sebelumnya, yaitu psikoanalisis, behavioristik dan humanistik.

          Psikologi transpersonal berpusat pada satu konsep utama, yaitu self transendensi. Self atau aku dalam transendensi merupakan hubungan antara aku dengan alam semesta. Konsep aku menjadi satu dengan ciptaan semesta sehingga bila dianalogikan aku dengan mahkluk hidup yang lainnya merupakan satu jaringan yang saling terkait satu sama lain. Aku ada karena mereka, begitu pula sebaliknya. Tanpa orang-orang di sekitarku, aku tidak akan menjadi “aku” yang sekarang. Jika salah satu dari orang-orang tersebut ada yang terluka, maka aku juga akan ikut merasakan sakitnya. Hal-hal tersebut merupakan pikiran yang akan muncul pada diri individu yang telah mencapai self-transendensi. Pada tahapan ini individu tidak lagi mementingkan ego-nya sendiri, karena ia mengetahui setiap perilaku yang ia ambil akan berkonsekuensi terhadap sekitarnya, bahkan semesta.
       Maslow menemukan bahwa beberapa orang yang mencari aktualisasi diri mengalami pengalaman puncak (peak experience) atau pengalaman transenden, namun ada pula yang tidak mengalaminya. Jadi terdapat dua perbedaan penting antara aktualisasi diri dengan transendensi diri sehingga pada akhirnya memunculkan psikologi transpersonal sebagai kekuatan keempat dalam psikologi yang akan disajikan dalam tabel berikut:

Self-Actualization
Self-Transendensi

Individu yang mencapai kebutuhan tahap ini tidak selalu telah mengalami pengalaman puncak (pengalaman mistik pada individu yang melibatkan perasaan dan sensasi mendalam baik secara psikologis maupun fisiologis sehingga dapat merubah dirinya secara cukup signifikan).

Individu pernah mengalami pengalaman puncak (pengalaman mistik pada individu yang melibatkan perasaan dan sensasi mendalam baik secara psikologis maupun fisiologis sehingga dapat merubah dirinya secara cukup signifikan).

Individu berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan minatnya di dunia, seperti kemanusiaan, identitas diri ataupun keinginan-keinginannya sebagai manusia.

Individu berfokus pada kosmos, bahwa dirinya merupakan satu kesatuan dengan semesta dan saling terkait satu sama lain dengan mahkluk hidup lainnya sehingga ego dirinya tidak lagi menjadi hal utama yang harus dipenuhi.
         
 Salah satu tokoh lain yang turut mengembangkan psikologi transpersonal adalah Roberto Assagioli. Beliau adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah transpersonal dalam psikoterapi. Ia memperkenalkan sistem psikosintesis yang mendapatkan pengaruh dari Jung. Psychosyntesis dari Assagioli ( 1971 ) menyajikan sejumlah besar ragam metode therapeutic, di mulai dengan menangani masalah fisik pasien, khususnya gangguan psikosomatik kemudian beralih kepada gangguan psikologisnya, hingga akhirnya mencapai puncaknya pada latihan rohani.

  • Prabowo, Hendro. (2008). Modul Seri Latihan Kesadaran I.  Jakarta.
  • Schneider, K., Bugental, J.F.T, Pierson, J.F. (2001). Handbook of Humanity Psychology. Sage    Publication


No comments:

Post a Comment