Psikologi transpersonal merupakan salah satu kajian khusus dalam
psikologi humanistik yang mengintegrasikan konsep psikologi dengan aspek
spiritual dari pengalaman manusia. Pengalaman personal dari tiap individu dalam
kajian ini berperan sangat penting, sebagai dasar dari konsep psikologi
transpersonal itu sendiri agar tidak sekedar menjadi bahasan yang abstrak.
Sejarah
Tokoh psikologi humanistik, yaitu Abraham Maslow yang
terkenal dengan teori aktualisasi dirinya, pada tahun 1968 menemukan adanya
keterbatasan pada model humanistik. Menurutnya, terdapat
kemungkinan-kemungkinan dalam diri manusia untuk melampaui aktualisasi diri,
dimana individu merasa sebagai bagian dari satu kesatuan yang lebih besar. Oleh
karena itu kebutuhan “aktualisasi diri” ini tidak lagi relevan untuk dikatakan
sebagai kebutuhan tertinggi dalam hirarki kebutuhannya. Maslow bahkan menjuluki
psikologi transpersonal sebagai kekuatan keempat dalam psikologi untuk
melengkapi 3 aliran yang telah ada sebelumnya, yaitu psikoanalisis,
behavioristik dan humanistik.
Psikologi transpersonal berpusat pada satu konsep
utama, yaitu self transendensi. Self atau aku
dalam transendensi merupakan hubungan antara aku dengan alam semesta. Konsep aku
menjadi satu dengan ciptaan semesta sehingga bila dianalogikan aku dengan
mahkluk hidup yang lainnya merupakan satu jaringan yang saling terkait satu
sama lain. Aku ada karena mereka, begitu pula sebaliknya. Tanpa orang-orang di
sekitarku, aku tidak akan menjadi “aku” yang sekarang. Jika salah satu dari
orang-orang tersebut ada yang terluka, maka aku juga akan ikut merasakan
sakitnya. Hal-hal tersebut merupakan pikiran yang akan muncul pada diri
individu yang telah mencapai self-transendensi. Pada
tahapan ini individu tidak lagi mementingkan ego-nya sendiri, karena ia
mengetahui setiap perilaku yang ia ambil akan berkonsekuensi terhadap
sekitarnya, bahkan semesta.
Maslow menemukan bahwa beberapa orang yang mencari
aktualisasi diri mengalami pengalaman puncak (peak experience) atau
pengalaman transenden, namun ada pula yang tidak mengalaminya. Jadi terdapat
dua perbedaan penting antara aktualisasi diri dengan transendensi diri sehingga
pada akhirnya memunculkan psikologi transpersonal sebagai kekuatan keempat
dalam psikologi yang akan disajikan dalam tabel berikut:
Self-Actualization
|
Self-Transendensi
|
Individu
yang mencapai kebutuhan tahap ini tidak selalu telah mengalami pengalaman
puncak (pengalaman mistik pada individu yang melibatkan perasaan dan sensasi
mendalam baik secara psikologis maupun fisiologis sehingga dapat merubah
dirinya secara cukup signifikan).
|
Individu
pernah mengalami pengalaman puncak (pengalaman mistik pada individu yang
melibatkan perasaan dan sensasi mendalam baik secara psikologis maupun
fisiologis sehingga dapat merubah dirinya secara cukup signifikan).
|
Individu
berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan minatnya di dunia, seperti kemanusiaan,
identitas diri ataupun keinginan-keinginannya sebagai manusia.
|
Individu
berfokus pada kosmos, bahwa dirinya merupakan satu kesatuan dengan semesta
dan saling terkait satu sama lain dengan mahkluk hidup lainnya sehingga ego
dirinya tidak lagi menjadi hal utama yang harus dipenuhi.
|
Salah
satu tokoh lain yang turut mengembangkan psikologi transpersonal
adalah Roberto Assagioli. Beliau adalah orang yang pertama
kali menggunakan istilah transpersonal dalam psikoterapi. Ia memperkenalkan
sistem psikosintesis yang mendapatkan pengaruh dari Jung. Psychosyntesis dari
Assagioli ( 1971 ) menyajikan sejumlah besar ragam metode therapeutic,
di mulai dengan menangani masalah fisik pasien, khususnya gangguan psikosomatik
kemudian beralih kepada gangguan psikologisnya, hingga akhirnya mencapai
puncaknya pada latihan rohani.
- Prabowo, Hendro. (2008). Modul
Seri Latihan Kesadaran I. Jakarta.
- Schneider, K.,
Bugental, J.F.T, Pierson, J.F. (2001). Handbook of Humanity
Psychology. Sage Publication
No comments:
Post a Comment