Pandangan Client center Therapy tentang
Sifat Manusia
Client
Center Therapy memandang manusia secara positif. Manusia memiliki suatu
kecenderungan kearah menjadi berfungsi penuh, dalam proses terapi ini klien
memiliki tanggung jawab utama untuk menuju keadaan psikologis yang sehat.
Konsep pokok Client Center Therapy
Organism.
Pengertian organism mencakup tiga hal:
· Makhluk hidup :
organism adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologiknya.
· Realitas subyektif :
organism menanggapi dirinya seperti yang diamati atau dialaminya.
·
Holisme : organism adalah suatu
kesatuan system, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian
lain.
Medan Fenomena
Medan
Fenomena yaitu keseluruhan pengalaman yang memiliki
sifat disadari dan tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari
dari medan phenomenal tersebut
Self
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self,
sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang
sebenarnya. Beberapa penjelasan mengenai self dapat disimpulkan:
·
Self
terbentuk melalui difernsiasi medan fenomena.
· Self juga terbentuk melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu(significant
person) dan dari distorsi pengalaman
·
Self bersifat integral dan konsisten
·
Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap
sebagai ancaman.
·
Self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologikdan belajar.
Ciri-Ciri Pendekatan
Client Center :
Ciri-ciri pendekatan Client-Centered adalah
sebagai berikut:
1.
Pendekatan client-centered difokuskan
pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi
kenyataan secara lebih penuh. Dimana ia sebagai orang yang paling mengetahui
tentang dirinya sendiri adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang
lebih pantas untuk dirinya sendiri.
2.
Pendekatan
ini menekankann pada dunia fenomenal klien. Dengan empati dan usaha yang cermat
untuk memahamin klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri
klien dan persepsi klien terhadap dunia.
3.
Prinsip-prinsip
psikoterapi yang sama diterapkan pada semua orang. diterapkan pada individu
yang taraf fungsi psikologisnya relatif normal maupun yang derajat penyimpangan
psikologisnya lebih besar.
4.
Ada
sikap tertentu terapis yang membentuk kondisi yang diperlukan dan memadai bagi
keefektifan terapeutik bagi klien yaitu ketulusan, kehangatan, penerimaan yang
nonposesif, dan empati yang akurat.
5.
Terapi client-centered bukan
merupakan suatu teknik maupun dogma. Terapi ini adalah suatu cara dan
perjalanan bersama antara terapis dan klien dalam berpartisipasi secara
manusiawi dalam pengalaman pertumbuhan.
Tujuan Client Center
Therapy
Tujuan
utama pendekatan ini adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif sebagai usaha
untuk membantu klien menjadi pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang mampu
memahami kekurangan dan kelebihan dirinya. Tidak ditetapkan tujuan secara
khusus dalam, sebab terapis digambarkan memiliki kepercayaan penuh pada klien
untuk menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dari dirinya sendiri.
Secara lebih terperinci, tujuan client center therapy adalah:
- Terbuka pada pengalaman, yaitu membantu klien untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru.
- Percaya pada diri sendiri, yaitu menumbuhkan kepercayaan diri klien
- Tempat evaluasi internal, yaitu membantu klien untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap dirinya dan membantunya membuat keputusan sendiri
- Kesediaan untuk menjadi sebuah proses, yaitu membantu klien menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses.
Hubungan
Antara Terapis dengan Klien
Rogers
merangkum hipotesis dasar client-centered dalam satu kalimat,
yaitu : "Jika saya bisa menyajikan suatu tipe hubungan, maka orang lain
akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan hubungan itu untuk
pertumbuhan dan perubahan sehingga perkembangan pribadi pun akan terjadi"
(Rogers, 1961, halm. 73).
Diperlukan
sikap-sikap utama terapis client-centered yang kondusif bagi
penciptaan iklim psikologis yang layak dimana klien akan mengalami kebebasan
untuk memulai perubahan kepbribadian. Menurut Carl Rogers (1967), Ke enam
kondisi berikut diperlukan dalam pengubahan kepribadian, yaitu :
- Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
- Orang pertama (disebut dengan klien) ada dalam keadaan tidak selaras dan cemas.
- Orang kedua (disebut dengan terapis) ada dalam keadaan selaras dan terintegrasi dalam berhubungan.
- Terapis merasakan perhatian positif yang tak bersyarat terhadap klien.
- Terapis merasakan perasaan empatik terhadap permasalahan klien dan berusaha mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada klien.
- Menunjukkan perasaan empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis kepada klien dapat dicapai.
Jika
keenam kondisi tersebut ada selama beberapa periode, maka perubahan
kepribadian yang konstruktif pun akan terjadi.
Fungsi
dan Peran Terapis
Peran
terapis berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada
penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan klien “berbuat
sesuatu”. Pada dasarnya, terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk
mengubah. Dengan menghadapi klien pada taraf pribadi ke pribadi, maka peran
terapis adalah tanpa peran. Adapun fungsi terapis adalah membangun suatu iklim
terapeutik yang menunjang pertumbuhan iklim.
Jadi,
terapis client centered membangun hubungan yang membantu di
mana klien akan mengalami kebebasan yangdiperlukan untuk mengeksplorasi
area-area hidupnya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Klien menjadi
kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan yang
ada dalam dirinya maupun dalam dunia.
Yang
pertama dan terutama, terapis harus bersedia menjadi nyata dalam hubungan
dengan klien. Terapis menghadapi klien berlandaskan pengalaman dari saat ke
saat dan membantu klien dengan jalan memasuki dunianya alih-alih menurut
kategori-kategori diagnostik yang telah dipersiapkan. Melalui perhatian yang
tulus, respek, penerimaan, dan pengertian terapis, klien bisa menghilangkan
pertahanan-pertahanan dan persepsi-persepsinya yang kaku serta bergerak menuju
taraf fungsi pribadi yang lebih tinggi.
Metode
dan teknik-teknik PCT
Teknik-teknik ini menekan pada kepribadian,
keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap terapis dalam menerapi. Selain itu, teknik
ini mengungkapkan dan pengkomunikasikan penerimaan, respek dan pengertian.
Terapis juga berbagi upaya dengan klien untuk mengembangkan acuan internal
(tolak ukur) dengan memikirkan, merasakan dan mengeksplorasi. Teknik-teknik
dasar mencakup dalam mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan-perasaan,
menjelaskan dan “hadir” bagi klien.
Syarat Dasar Teknik Client Center Therapy
· Self Concept : Merujuk pada bagaimana klien
memikirkan-menghargai dirinya.
· Locus of Evaluation : Merujuk dari sudut pandang klien
bagaimana klien menilai dirinya.
· Experiencing : Proses dimana klien mengubah pola
pandangnya, dari yang terbatas dan kaku, menjadi lebih terbuka.
Kasus yang menggunakan
Client Cnter Therapy
Seorang remaja bahwa dia sangat sayang pada adiknya,
tetapi pada suatu saat dia mulai sadar akan tingkah lakunya yang bertentangan
dengan pikiran itu, karena ternyata dia sering sekali mengucapkan kata-kata iri
kepada adiknya yang selalu dibela orang tua. Padahal, terhadap adik
sendiri seorang kakak tidak boleh bertindak itu. Pengalaman yang nyata ini
menunjuk pada suatu pertentangan antara siapa saya ini sebenarnya dan
seharusnya menjadi orang yang bagaimana. Bilamana remaja mulai menyadari
kesenjangan dan mengakui pertentangan itu, dia menghadapi keadaan dirinya
sebagaimana adanya. Kesadaran yang masih samar-samar akan kesenjangan itu
menggejala dalam perasaan kurang tenang dan cemas serta dalam evaluasi diri
sebagai orang yang tidak pantas (worthless).
Remaja ini mau untuk menerima layanan konseling dan
menjalani proses konseling untuk menutup permasalahannya antara dua kutub di
dalam dirinya sendiri, serta akhirnya menemukan dirinya kembali sebagai orang
yang pantas (person of worth).
Pada proses terapinya, klien menjadi pusat dari terapi
ini di mana terapis lebih membiarkan klien menemukan jalan keluarnya sendiri.
Jadi remaja ini di buat mengerti dan paham akan masalah yang sedang dihadapinya
dan terapis tidak memaksakan klien untuk menceritakan masalahnya bila klien
sedang tidak ingin menceritakannya, klien hanya memberikan pandangan tentang
masalah yang sedang dihadapinya sedangkan pilihan dan prosesnya klien yang
menentukannya.
Daftar
Pustaka
Corey, Gerald.
2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama
Suryabrata,
Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers
No comments:
Post a Comment